Perilaku Organisasi: Kelompok dan Pengaruh Antar Pribadi

by

NURANI IKE BUDIATMAWATI

 

A. Kelompok

  1. Pengertian

Pengertian kelompok menurut para ahli antara lain:

    1. W.H.Y Sprott menyebutkan bahwa kelompok adalah beberapa orang yang bergaul satu sama lain.
    2. H. Smith menyebutkan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat untuk kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.
    3. Kurt Lewin berpendapat bahwa “The essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their independence.”
    4. Menurut Gibson et al. kelompok adalah sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lain yang sering melampaui rentang waktu tertentu, dan yang jumlahnya cukup sedikit sehingga setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain, tidak sebagai orang kedua, melalui orang lain, tetapi berhadapan satu sama lain.
    5. Dari beberapa pengertian tersebut dapat kita simpulkan pengertian kelompok yaitu suatu unit yang berupa sekumpulan orang yang sedikit yang mempunyai kesatuan persepsi dan terbentuk karena kemerdekaannya, serta saling berkomunikasi satu sama lain tanpa perantara.
  1. Tipe – Tipe Kelompok

Tipe kelompok dibagi menjadi dua yaitu:

    1. Formal

Yaitu kelompok yang diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi tersebut.

Ciri – ciri kelompok formal antara lain:

–          memiliki keberadaan untuk melaksanakan tugas – tugas organisasi atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan;

–          Orang-orang ditunjuk oleh organisasi yang bersangkutan untuk menjalankan tugas resmi tertentu

–          Memiliki struktur, hubungan tugas, dan hirarkis yang telah digariskan dengan jelas.

–          Interaksi antar manusianya dilakukan dengan prosedur dan mekanisme yang teratur dan tertib.

Ada dua jenis kelompok formal:

  Komando Tugas
Anggota Para bawahan Para karyawan
Kewenangan Melapor langsung kepada penyelia Menyelesaikan tugas/proyek tertentu

 

    1. Informal

Yaitu pengelompokan orang – orang secara alamiah dalam suatu situasi kerja sebagai tanggapan terhadap kebutuhan sosial. Ciri utama kelompok informal adalah kepentingan individu, sehingga jenis kelompok inni hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar individu.

Ada dua jenis kelompok informal:

  • Kelompok Kepentingan

Kelompok ini terbentuk kerena hanya ada kepentingan tertentu dan hanya pada saat tertentu, misalnya demonstrasi untuk menuntut upah.

  • Kelompok Persahabatan

Kelompok ini hanya merupakan kumpulan dari individu yang mempunyai kesamaan umur, hobi, atau latar belakang kehidupan pribadi.

B. Analisis Kelompok formal dan Informal di Lingkungan Kerja

Kelompok formal di kantor saya dibentuk karena adanya suatu visi dan misi yang secara garis besar akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan utama, yaitu mengembangkan potensi siswa. Tentu saja dalam pembentukannya mempertimbangkan kompetensi yang ada dalam setiap individu tersebut. Dengan adanya pembagian tugas mengajar dan pembagian kerja dalam kepanitiaan disetiap kegiatan yang sudah terprogram. Sedangkan kelompok informalnya berupa pengadaan arisan keluarga.

C. Alasan Individu Membentuk Kelompok

  1. Alasan-Alasan Pembentukan Kelompok

Mengapa individu membentuk kelompok pastinya karena mempunyai alasan-alasan yang didasarkan pada: a) Pemuasan Kebutuhan, b) Kedekatan daya tarik, c) Tujuan kelompok, d) Alasan ekonomi. (Gibson et al. : 1985)

Sedangkan kejelasan tentang alasan pembentukan kelompok dapat kita lihat dari pendapat Tyson dan Jackson (1992: 56) dalam bukunya “The essence of Organizational Behaviour” yang menyebutkan adanya tiga prinsip utama dalam kelompok.

Tiga prinsip utama organisasi dalam persepsi kita mengenai kelompok adalah:

  • Kesamaan nasib (common fate) yaitu tingkat dimana individu-individu merasa mengalami hal yang sama, atau interelasi hasil akhir.
  • Kesamaan (similarity) yaitu dimana individu menampakkan perilaku yang sama atau mirip satu dengan yang lain dalam berbagai cara.
  • Proksimitas (proximity) berkaitan dengan jarak yang renggang di antara individu di dalam kelompok.

Dengan demikian, kelompok terbentuk karena alasan-alasan yang kuat, sehingga  anggota kelompok tersebut mempunyai tujuan yang sama, yang selanjutnya akan berusaha untuk menyamakan persepsi.

D. Potensi Timbulnya Konflik dalam Pembentukan Kelompok

Sejumlah individu membentuk kelompok dengan maksud agar dapat mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai oleh individu tersebut. Ini berarti bahwa tujuan bersama merupakan salah satu faktor pemersatu yang utama dalam kelompok, dan tujuan-tujuan bersama memotivasi anggota kelompok secara individual untuk berlaku dalam banyak cara untuk dapat mensukseskan pencapaian tujuan kelompok. Formasi kelompok juga dibuat lebih mudah ketika keanggotaan kelompok dapat memperlancar pencapaian tujuan yang diinginkan.

Namun, tak jarang pembentukan kelompok menimbulkan sebuah konflik.Hal ini bisa saja terjadi karena perbedaan persepsi, perbedaan tujuan, atau meningkatnya tuntutan akan spesialisasi (Gibson et al. : 1985) antar individu dalam kelompok tersebut, atau bisa juga disebabkan oleh adanya kepentingan pribadi tiap individu dalam kelompok tersebut yang menyebabkan adanya kesimpangsiuran informasi.

Menurut Blake dan Mouton (1964,1978) dalam Tyson dan Jackson (1992) konflik adalah fungsi penting terhadap produksi hasil dan pentingnya perasaan orang dalam ketidaksepakatan.

Konflik muncul apabila tindakan atau keyakinan-keyakinan dalam kelompok tidak sesuai atau ditolak oleh orang lain dalam kelompok. Ada lima tahap dalam proses konflik:

  • Ketidaksepakatan
  • Konfrontasi
  • Perluasan
  • Penurunan
  • Resolusi

 

Kelima tahap tersebut bergerak seperti kurva terbalik, diawali dari ketidaksepakatan, lalu terjadi konfrontasi, ke arah perluasan, kemudian penurunan dan yang terakhir adalah adanya resolusi. Dalam tahap perluasan banyak menimbulkan permusuhan.

Akan tetapi dari tinjauan koflik antar kelompok, penyebab konflik antar kelompok akan menimbulkan konflik antar kelompok yang selanjutnya dapat menimbulkan konsekuensi tidak fungsional dan konsekuensi fungsional, namun apabila sebab konflik tersebut ditanggulangi dengan menggunakan teknik penyelesaian yang tepat, dengan didasarkan pada tujuan utama pembentukan kelompok tersebut, maka akan dapat menimbulkan sebuah keberlangsungan hidup organisasi.

Jadi pembentukan kelompok tidak akan lepas dari adanya konflik antar  kelompok. Namun, sejauh penyelesaian konflik itu menggunakan metode yang tepat, perpecahan dalam kelompok yang timbul akibat adanya konflik dapat dihindari. Lebih jauh dapat disimpulkan segi positif dari adanya konflik yaitu adanya koalisi dan menimbulkan keberlangsungan organisasi yang selama ini diharapkan.

Jika dianalisia, konflik funsional ditempat kerja sering terjadi dikarenakan adanya kepentingan untuk kelompok tertentu. Para pemimpin kelompok berpikir untuk kepentingan kelompoknya sendiri yang terkadang mengabaikan efektivitas dan efisiensi kerja. Apabila terjadi konflik jarang sekali diadakan diskusi terbuka untuk mendapatkan solusi yang membuat kelompok lain mendapatkan kepentingan yang diinginkan tanpa mengganggu kepentingan kelompok yang lain.

Adanya teori tentang kepemimpinan yang sudah dipelajari, sebenarnya memudahkan para pemimpin kelompok dan pimpinan tertinggi bekerja dalam skala keefektifan. Akan tetapi kurangnya pengetahuan akan sebuah komunikasi yang baik menimbulkan adanya misperseption dan misinterpretation. Ketika konflik terjadi, top manajer kurang mengatasi konflik yang timbul ini, tetapi konflik diatasi sendiri oleh para pemimpin kelompok yang mempunyai kepentingan. Meskipun diatasi oleh para pemimpin kelompok, kegiatan atau kepentingan kelompok tersebut dapat berjalan dengan baik, dan bahkan justru terjadi suatu kegiatan baru yang dapat diprogramkan pada tahun berikutnya. Disinlah dikatakan dalam teori konflik funsional bahwa konflik mempunyai manfaat untuk membangun kerja sama.

Sumber – sumber kajian:

Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H. Donelly Jr. 1985. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta. Erlangga

Tyson, Shaun dan Tony Jackson. 2000. The Essence of Organizational Behaviour. Yogyakarta: ANDI